Menulis di kulit tubuh dengan pulpen itu sudah biasa. Tapi seorang perempuan yang mengidap penyakit
kulit langka tinggal mencoret-coret kulitnya dengan kuku untuk membuat sebuah tulisan.
kulit langka tinggal mencoret-coret kulitnya dengan kuku untuk membuat sebuah tulisan.
Anda
mungkin tidak percaya bila kulit tubuh bisa dijadikan sebagai media
untuk menulis? Tapi kejadian tersebut benar-benar dialami seorang nenek
yang bisa menulis di tubuhnya sendiri dengan menggunakan kuku.
Kasus
nenek bernama Huang Xiangji pertama kali terpublikasi tahun 2008.
Seperti dilansir ChinaDaily, nenek Huang sudah mengalami kelainan kulit
langka ini sejak kecil.
Oleh tim medis nenek Huang diidentifikasikan menderita sindrom artificial urticaria yang merupakan kelainan kulit langka.
Apapun
yang dicoret di kulitnya dapat membekas termasuk kata-kata yang
ditulisnya dengan lembut menggunakan kuku, sampai-sampai ia dijuluki
‘buku berjalan’. Tubuh nenek yang kini berusia 52 tahun ini dipenuhi
dengan puisi dan catatan.
“Kondisi
ini sangat berguna karena saya bisa menggunakan tangan saya untuk
menuliskan daftar belanjaan,” jelas Huang, nenek yang dijuluki ‘wanita
kertas’, seperti dilansir Chinadaily.
Seorang
spesialis kulit di Chinese Medical Association mengaku terkejut melihat
kondisi ini. Ia mengatakan bahwa nenek ini tidak mengalami efek yang
buruk meskipun kondisi yang dialaminya sangat aneh.
“Saya
mencoba menulis di kulitnya menggunakan jari, huruf-huruf itu kemudian
menonjol dari kulitnya beberapa saat kemudian,” ujar Sandra Hsu,
spesialis kulit dari Chinese Medical Association.
Hsu
mengatakan nenek Xiangji mengaku bahwa ia telah menggunakan tubuhnya
sendiri sebagai buku selama bertahun-tahun. “Nenek itu bahkan tidak
memerlukan pena dan kertas untuk menulis,” ungkap Hsu.
Menurutnya,
gangguan kulit urticaria memang sering terjadi, tetapi kondisi yang
memungkinkan penderitanya dapat menulis di kulit sendiri sangatlah
jarang.
“Kondisi
ini pada dasarnya adalah alergi, tetapi kondisi kulit yang menjadi
begitu sensitif hingga dapat dijadikan buku berjalan sangatlah tidak
biasa,” tambah Hsu.
Sampai saat ini, belum ada data yang jelas yang menunjukkan jumlah pasien yang menderita kelainan kulit artificial urticaria.