Ikan Drakula Ditemukan Di Sungai Mekong

Sungai Mekong yang melintasi lima negara di Asia Tenggara ternyata menyimpan begitu banyak spesies langka. Baru-baru ini para ahli menemukan 145 spesies baru di sungai raksasa itu, dimana satu di antaranya dinamai Ikan Drakula.

Seperti dikutip Vivanews.com dari laman Telegraph.co.uk, Selasa (12/10/2010), selain Ikan Drakula, di antara 145 spesies langka yang ditemukan tersebut, dan yang dianggap penemuan paling signifikan, adalah Tokek Bibir Merah dan tanaman karnivora setinggi tujuh meter.


Sungai Mekong yang melintasi Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan provinsi Yunan di China bagian selatan, merupakan rumah bagi beberapa spesies yang paling terancam di bumi. Mulai dari harimau dan gajah Asia, lumba-lumba Mekong dan sotong raksasa. Daftar hewan dan tumbuhan jenis baru dan langka yang baru ditemukan tersebut telah dirilis dalam laporan World Wildlife Fund (WWF), dan lembaga ini langsung menyerukan agar masyarakat dunia melindungi keanekaragaman hayati di sepanjang sungai itu.
Data yang menyertai laporan penemuan itu menunjukkan, bahwa setiap pekan pada 2009 lalu, rata-rata ilmuwan menemukan tiga spesies baru di Sungai Mekong.


Mengapa di antara spesies yang ditemukan, dinamakan Ikan Drakula? Karena ikan ini memiliki mata yang melotot hampir keluar dan dua taring tajam yang tumbuh hanya 0,6 inci panjangnya. Kedua taring itu tajam dan bentuknya seperti drakula dalam film horor fiksi made in Hollywood. Akan tetapi jangan tertipu, meski memiliki taring, ikan ini tidak menghisap darah. Prilaku ikan ini bahkan lebih mirip ikan sapu-sapu yang terkenal di Indonesia, karena ikan ini menggunakan tubuhnya untuk menghisap batu yang dihinggapinya agar dia dapat melekat di situ dan tidak berubah posisi meski aliran air sedang sangat kencang. Nama yang diberikan ilmuwan untuk ikan ini adalah Danionella Dracula.

Mengenai Tokek Bibir Merah, hewan ini dinamai demikian karena hewan ini seperti berlipstik merah pada bibirnya, sehingga cicak bertubuh besar ini nampak aneh, namun seksi.

"Tidak diragukan lagi wilayah ini adalah salah satu yang terkaya dalam hal keanekaragaman hayati, tetapi itu juga salah satu yang paling terancam," kata Stuart Chapman, direktur konservasi WWF regional.



Cerita Terkait:

Daftar Isi

Adsvertisment